Terimakasih telah hadir meski sesaat,tapi bersyukur karena semenjak kehilanganmu kedewasaanku tumbuh dan merutuki setiap jiwa dalam diri agar aku tak terus terpuruk dalam kesedihan yang mendalam.
Merasa konyol dengan semua ini yang begitu cepat waktu mengambil dirimu dalam hidupku,kuharap semuanya akan baik baik saja nantinya dan yang akan datang.
Aku tidak mendendam, dan tidak juga membenci, dan tidak juga menghakimi. Aku hanya rindu merangkai kata menjadi kalimat yang kemudian melahirkan paragraf yang berbau tentang seseorang yang ketika dekat hanya mampu kutatap dan ketika jauh hanya mampu kukagumi. Sesungguhnya masih belum mengerti dengan proses yang sedang Tuhan sajikan untuk hidupku, scenario ini merebah banyak pertanyaan, dan dihiasi oleh banyak ajaran.
Walaupun pernah terluka tapi aku harus tetap mencoba. Walau aku merasa telah menghabiskan setengah waktuku untuk mewujudkan harapan tentang bahagia yang menurut pandangan orang sangat sederhana tapi bagiku sungguh merupakan ujian dari sang pencipta. Mungkin untuk saat ini, hidup sendiri lebih baik dari pada berjalan pada hubungan yang salah. Aku yang kini memilih diam, mengubur rasa ini dalam-dalam, bukan karena takut untuk bertindak dan berjuang. Tetapi menyadari pengabaianmu ini adalah cara Tuhan menegurku untuk menutup dan menyudahi cerita denganmu.